Penemuan Fosil Lumba-Lumba Predator Purba Raksasa
Ahli paleontologi telah menemukan dan mendeskripsikan kerangka hampir lengkap dari spesimen lumba-lumba berukuran besar yang telah punah, yang hidup pada kala Oligosen atau sekitar 24 Juta Tahun Yang Lalu yang diberi nama Ankylorhiza tiedemani. Dengan panjang tubuh diperkirakan mencapai 4,8 meter, Ankylorhiza tiedemani merupakan anggota terbesar dari kelompok Odontoceti (paus bergigi) selama kala Oligosen.
Fosil Ankylorhiza pertama kali dikumpulkan pada tahun 1800-an berupa fragmen tengkorak tanpa rahang bawah yang berukuran cukup besar. Kerangka tambahan ditemukan pada tahun 1970-an oleh kurator Museum Sejarah Alam Charleston bernama Albert Sanders. Kerangka yang hampir lengkap kembali ditemukan pada tahun 1990'an yang digali dari South Carolina oleh ahli paleontologi komersial bernama Mark Havenstein. Ia kemudian memberikan fosil tersebut ke pengumpul fosil koleksi pribadi bernama Mace Brown dan kemudian disumbangkan ke Museum Sejarah Alam Mace Brown di College of Charleston. Fosil yang berhasil dikumpulkan selama bertahun-tahun tersebut termasuk tengkorak yang terpelihara dengan baik, sebagian besar tulang belakang, tulang rusuk dan tulang sirip kaki.
"Penemuan ini sangat penting karena itu adalah salah satu kerangka pertama yang ditemukan dari anggota paling awal dari kelompok paus bergigi (kelompok yang mencakup lumba-lumba, porpois, dan paus sperma), tak lama setelah mereka menyimpang sekitar 35-36 juta tahun yang lalu dari kelompok paus balin," kata Robert Boessenecker, ahli paleontologi di Departemen Geologi dan Geosains Lingkungan di College of Charleston.
Kerangka Ankylorhiza tiedemani menunjukkan beberapa adaptasi untuk berenang lebih cepat daripada lumba-lumba berukuran kecil lainnya, tetapi juga menunjukkan beberapa fitur primitif.
"Ciri-ciri primitif ini mengejutkan karena ahli paleontologi dan biologi telah lama berasumsi bahwa adaptasi berenang cepat pada paus balin dan paus bergigi merupakan adaptasi kuno yang dibagikan berkat leluhur bersama mereka selama 35 juta tahun terakhir,” kata Dr. Boessenecker
"Beberapa contoh termasuk penyempitan pada ekor, peningkatan jumlah tulang ekor, dan pemendekan humerus (tulang lengan atas) pada siripnya. ciri Ini tidak terlihat dalam silsilah garis keturunan pada anjing laut dan singa laut, misalnya evolusi cara berenang yang berbeda dan kerangka postkranial yang berbeda juga." Tambahnya.
Beragam bukti menunjukkan bahwa Ankylorhiza tiedemani merupakan predator teratas di habitatnya, memiliki kebiasaan memangsa hewan bertubuh yang lebih besar seperti paus pembunuh (Orca), selain itu Ankylorhiza tiedemani uga meripakan paus yang mengembangkan ekolokasi pertama yang menjadi predator puncak.
Ketika Ankylorhiza terikatemani punah sekitar 23 juta tahun yang lalu, paus sperma pembunuh dan lumba-lumba bergigi hiu seperti genus Squalodon berevolusi dan menduduki kembali ceruk ekologi tersebut dalam 5 juta tahun. Setelah paus sperma pembunuh terakhir punah sekitar 5 juta tahun yang lalu, ceruk itu dibiarkan terbuka hingga zaman es, bersamaan dengan evolusi paus pembunuh yang terjadi sekitar 1 atau 2 juta tahun yang lalu.
"Paus dan lumba-lumba memiliki sejarah evolusi yang rumit dan panjang, dan mungkin tidak akan didapatkan kembali pada spesies modern, Catatan fosil telah benar-benar membuka jalan evolusi yang panjang dan berliku ini, dan fosil-fosil seperti Ankylorhiza terikatemani membantu menerangi bagaimana ini terjadi." Kata Dr. Boessencecker
Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Current Biology.
---
Source : sci-news
Ankylorhiza tiedemani : by Hodari Nundu
Ankylorhiza tiedemani Fossil : Boessenecker, Churchill, Buchholtz, et al., 2020